Thursday, November 17, 2011

Contoh Penerapan Teknologi Komputer Vision

Penerapan Computer Vision Antara Lain:

1.Bidang Pertahanan dan Keamanan (Militer).
Contoh jelas adalah deteksi tentara musuh atau kendaraan dan bimbingan rudal. Lebihsistem canggih untuk panduan mengirim rudal rudal ke daerah daripada target yang spesifik,dan pemilihan target yang dibuat ketika rudal mencapai daerah berdasarkan data citradiperoleh secara lokal. konsep modern militer, seperti “kesadaran medan perang”,menunjukkan bahwa berbagai sensor, termasuk sensor gambar, menyediakan kaya setinformasi tentang adegan tempur yang dapat digunakan untuk mendukung keputusanstrategis. Dalam hal ini, pengolahan otomatis data yang digunakan untuk mengurangikompleksitas dan informasi sekering dari sensor ganda untuk meningkatkan keandalan.

2.Bidang Didalam kendaraan Otonom.
kendaraan otonom, yang meliputi submersibles, kendaraan darat (robot kecil denganroda, mobil atau truk), kendaraan udara, dan kendaraan udara tak berawak (UAV). Tingkatberkisar otonomi dari sepenuhnya otonom (berawak) kendaraan untuk kendaraan di manasistem visi berbasis komputer mendukung driver atau pilot dalam berbagai situasi.Sepenuhnya otonom kendaraan biasanya menggunakan visi komputer untuk navigasi, yakniuntuk mengetahui mana itu, atau untuk menghasilkan peta lingkungan (SLAM) dan untuk mendeteksi rintangan. Hal ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi peristiwa-peristiwatugas tertentu yang spesifik, e. g., sebuah UAV mencari kebakaran hutan. Contoh sistempendukung sistem peringatan hambatan dalam mobil, dan sistem untuk pendaratan pesawatotonom. Beberapa produsen mobil telah menunjukkan sistem otonomi mengemudi mobil,tapi teknologi ini masih belum mencapai tingkat di mana dapat diletakkan di pasar. Adabanyak contoh kendaraan otonom militer mulai dari rudal maju, untuk UAV untuk misipengintaian atau bimbingan rudal. Ruang eksplorasi sudah dibuat dengan kendaraan otonommenggunakan visi komputer, e. g., NASA Mars Exploration Rover dan Rover ExoMars ESA.

3.Bidang Industri.
kadang-kadang disebut visi mesin, dimana informasi ini diekstraksi untuk tujuanmendukung proses manufaktur. Salah satu contohnya adalah kendali mutu dimana rincianatau produk akhir yang secara otomatis diperiksa untuk menemukan cacat. Contoh lainadalah pengukuran posisi dan orientasi rincian yang akan dijemput oleh lengan robot. Mesinvisi juga banyak digunakan dalam proses pertanian untuk menghilangkan bahan makananyang tidak diinginkan dari bahan massal, proses yang disebut sortir optik.

4.Bidang pengolahan citra medis.
Daerah ini dicirikan oleh ekstraksi informasi dari data citra untuk tujuan membuatdiagnosis medis pasien. Secara umum, data citra dalam bentuk gambar mikroskop, gambarX-ray, gambar angiografi, gambar ultrasonik, dan gambar tomografi. Contoh informasi yangdapat diekstraksi dari data gambar tersebut deteksi tumor, arteriosclerosis atau perubahanmemfitnah lainnya. Hal ini juga dapat pengukuran dimensi organ, aliran darah, dll areaaplikasi ini juga mendukung penelitian medis dengan memberikan informasi baru, misalnya,tentang struktur otak, atau tentang kualitas perawatan medis.

5.Bidang Neurobiologi.
Khususnya studi tentang sistem biological vision Selama abad terakhir, telah terjadi studiekstensif dari mata, neuron, dan struktur otak dikhususkan untuk pengolahan rangsangan visualpada manusia dan berbagai hewan. Hal ini menimbulkan gambaran kasar, namun rumit, tentang
bagaimana “sebenarnya” sistem visi beroperasi dalam menyelesaikan tugas
-tugas visi tertentuyang terkait. Hasil ini telah menyebabkan subfield di dalam visi komputer di mana sistem buatanyang dirancang untuk meniru pengolahan dan perilaku sistem biologi, pada berbagai tingkat
kompleksitas. Juga, beberapa metode pembelajaran berbasis komputer yang dikembangkandalam visi memiliki latar belakang mereka dalam biologi.

6.Bidang Industri Perfilman
Semua efek-efek di dunia akting , animasi, dan penyotingan adegan film semua direkam dengan perangkat elektronik yang dihubungkan dengan komputer. Animasinya juga di kembangkan mempergunakan animasi yang dibuat dengan aplikasi komputer.Sebagai contoh film-film Hollywood berjudul TITANIC itu sebenarnya tambahananimasi untuk menggambarkan kapal raksasa yang pecah dan tenggelam, sehinggatampak menjadi seolah-olah mirip dengan kejadian nyata.

7.Bidang Kecerdasan Buatan.
Keterkaitan dengan perencanaan otonom atau musyawarah untuk sistem roboticaluntuk menavigasi melalui lingkungan. Pemahaman yang rinci tentang lingkungan inidiperlukan untuk menavigasi melalui mereka. Information about the environment could beprovided by a computer vision system, acting as a vision sensor and providing high-levelinformation about the environment and the robot. Informasi tentang lingkungan dapatdiberikan oleh sistem visi komputer, bertindak sebagai sensor visi dan memberikan informasitingkat tinggi tentang lingkungan dan robot. Buatan kecerdasan dan visi lain berbagi topik komputer seperti pengenalan pola dan teknik pembelajaran. Akibatnya, visi komputerkadang-kadang dilihat sebagai bagian dari bidang kecerdasan buatan atau ilmu bidangkomputer secara umum.

8.Bidang Pemrosesan Sinyal.
Banyak metode untuk pemrosesan sinyal satu-variabel, biasanya sinyal temporal,dapat diperpanjang dengan cara alami untuk pengolahan sinyal dua variabel atau sinyalmulti-variabel dalam visi komputer. Namun, karena sifat spesifik gambar ada banyak metode
dikembangkan dalam visi komputer yang tidak memiliki mitra dalam pengolahan sinyal satu-variabel. Sebuah karakter yang berbeda dari metode ini adalah kenyataan bahwa merekaadalah non-linear yang bersama-sama dengan dimensi-multi sinyal, mendefinisikan subfielddalam pemrosesan sinyal sebagai bagian dari visi komputer.

9.Bidang Fisika.
Fisika merupakan bidang lain yang terkait erat dengan Computer vision. sistem Computervision bergantung pada sensor gambar yang mendeteksi radiasi elektromagnetik yangbiasanya dalam bentuk baik cahaya tampak atau infra-merah sensor dirancang denganmengunakan fisika solid-state. Proses di mana cahaya merambat dan mencerminkan off permukaan dijelaskan menggunakan optik. sensor gambar canggih bahkan memintamekanika kuantum untuk memberikan pemahaman lengkap dari proses pembentukangambar. Selain itu, berbagai masalah pegukuran fisika dapat di atasi dengan menggunakanComputer Vision, untuk gerakan misalnya dalam cairan.

10.Bidang matematika murni.
Sebagai contoh, banyak metode dalam visi komputer didasarkan pada statistik, optimasiatau geometri. Akhirnya, bagian penting dari lapangan dikhususkan untuk aspek pelaksanaanvisi komputer, bagaimana metode yang ada dapat diwujudkan dalam berbagai kombinasiperangkat lunak dan perangkat keras, atau bagaimana metode ini dapat dimodifikasi untuk mendapatkan kecepatan pemrosesan tanpa kehilangan terlalu banyak kinerja .

Saturday, November 5, 2011

Pendekatan Pengembangan pada Sistem

Pendekatan pengembangan dalam suatu sistem terdiri dari:
1. Pendekatan Klasik
--> Pendekatan ini biasa disebut dengan pendekatan tradisional atau konvensional. Metodologi pendekatan klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa bila pengembangan akan berhasil bila menggunakan atau mengikuti tahapan-tahapan dari System Life Cycle.

2. Pendekatan Terstruktur
--> Pendekatan terstruktur dilengkapi dengan alat-alat (tools) dan teknik-teknik yang dibutuhkan dalam suatu pengembangan sistem, oleh karena itu, hasil akhir dari sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya didefinisikan dengan baik dan jelas.

3. Pendekatan Sistem
--> Memperhatikan Sistem Informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi untuk suatu kegiatan dan menekankan sasaran organisasi secara tegas.

4. Pendekatan Sistem Menyeluruh
--> Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan serentak atau bersamaan sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan.

5. Pendekatan Sepotong
--> Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi tertentu tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi dan tidak memperhatikan nya secara global.

Wednesday, October 26, 2011

Layanan Telematika

Berdasarkan Instruksi Pesiden Republik Indonesia (Inpres) nomor 6 tahun 2001. Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media, dan informatika atau disingkat sebagai teknologi telematika serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah merubah pola dan cara kegiatan bisnis dilaksanakan di industri, perdagangan, dan pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat informasi telah menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa.
Berbagai keadaan menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu mendayagunakan potensi teknologi telematika secara baik, dan oleh karena itu Indonesia terancam "digital divide" yang semakin tertinggal terhadap negara-negara maju. Kesenjangan prasarana dan sarana telematika antara kota dan pedesaaan, juga memperlebar rurang perbedaan sehingga terjadi pula "digital divide" di dalam negara kita sendiri. Indonesia perlu melakukan terobosan agar dapat secara efektif mempercepat pendayagunaan teknologi telematika yang potensinya sangat besar itu,untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mempererat persatuan bangsa sebagai landasan yang kokoh bagi pembangunan secara berkelanjutan.
Di dalam hal ini pemerintah perlu secara proaktif dan dengan komitmen yang tinggi membangun kesadaran politik dan menumbuhkan komitmen nasional, membentuk lingkungan bisnis yang kompetitif, serta meningkatkan kesiapan masyarakat untuk mempercepat pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika secara sistematik.
Indonesia perlu menyambut komitmen dan inisiatif berbagai lembaga internasional, kelompok negara atau negara-negara lain secara sendiri-sendiri dalam meningkatkankerja sama yang lebih erat dalam penyediaan sumber daya pembiayaan, dukungan teknis, dan sumber daya lain untuk membantu Indonesia sebagai negara berkembang mengatasi "digital divide". Dengan kenyataan tersebut, pemerintah dengan ini menyatakan komitmen untuk melaksanakan kebijakan serta melakukan langkah-langkahdalam bentuk program aksi yang dapat secara nyata mengatasi "digital divide", dengan arah pengembangan sebagai yang dimaksud dalam isi kerangka kebijakan ini.

1. Layanan Telematika dibidang Informasi
Penggunaan teknologi telematika dan aliran informasi harus selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pemberantasan kemiksinan dan kesenjangan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, teknologi telematika juga harus diarahkan untuk menjembatani kesenjangan politik dan budaya serta meningkatkan keharmonisan di kalangan masyarakat
Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam masyarakat. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa, bagi pelanggan yang tidak memiliki akses sendiri di tempat tinggal atau di tempat kerjanya. Oleh karena itu langkah-langkah lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan jangkauan dan kandungan informasi pelayanan publik, memperluas pelayanan kesehatan dan pendidikan, mengembangkan sentra-sentra pelayanan masyarakat perkotaan dan pedesaan, serta menyediakan layanan "e-commerce" bagi usaha kecil dan menengah, sangat diperlukan. Dengan demikian akan terbentuk Balai-balai Informasi. Untuk melayani lokasi-lokasi yang tidak terjangkau oleh masyarakat.

2. Layanan Telematika di bidang Keamanan
Layanan telematika juga dimanfaatkan pada sector-sektor keamanan seperti yang sudah dijalankan oleh Polda Jatim yang memanfaatkan TI dalam rangka meningkatkan pelayanan keamanan terhadap masyarakat. Kira-kira sejak 2007 lalu, membuka layanan pengaduan atau laporan dari masyarakat melalui SMS dengan kode akses 1120. Selain itu juga telah dilaksanakan sistem online untuk pelayanan di bidang Lalu Lintas. Polda Jatim memiliki website di http://www.jatim.polri.go.id, untuk bisa melayani masyarakat melalui internet. Hingga kini masih terus dikembangkan agar dapat secara maksimal melayani masyarakat. Bahkan Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polda Jatim sudah banyak memanfaatkan fasilitas website ini dan sangat bermanfaat dalam menangani kasus-kasus yang sedang terjadi dan lebih mudah dalam memantau setiap perkembangan kasus atau laporan, baik laporan dari masyarakat maupun laporan internal untuk Polda Jatim sendiri. Bukan hanya penanganan kasus kejahatan semata, tapi juga termasuk laporan terkait lalu lintas, intelijen, tindak pidana ringan (tipiring) di masyarakat, pengamanan untuk pemilu, termasuk laporan bencana alam. Masyarakat juga bisa menyampaikan uneg-uneg atau opini mengenai perilaku dan layanan dari aparat kepolisian melalui email atau website . Semoga saja daerah-daerah lainnya yang tersebar diseluruh Indonesia dapat memanfaatkan teknologi telematika seperti halnya Polda Jatim agar terciptanya negara Indonesia yang aman serta disiplin.
Indonesia perlu menciptakan suatu lingkungan legislasi dan peraturan perundang-undangan.Upaya ini mencakup perumusan produk-produk hukum baru di bidang telematika (cyber law) yang mengatur keabsahan dokumen elektronik, tanda tangan digital, pembayaran secara elektronik, otoritas sertifikasi, kerahasiaan, dan keamanan pemakai layanan pemakai layanan jaringan informasi. Di samping itu, diperlukan pula penyesuaian berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada, seperti mengatur HKI, perpajakan dan bea cukai, persaingan usaha, perlindungan konsumen, tindakan pidana, dan penyelesaian sengketa. Pembaruan perauran perundang-udangan tersebut dibutuhkan untuk memberikan arah yang jelas, transparan, objektif, tidak diskriminatif, proporsional, fleksibel, serta selaras dengan dunia internasional dan tidak bias pada teknologi tertentu. Pembaruan itu juga diperlukan untuk membentuk ketahanan dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman dan kejahatan baru yang timbul sejalan dengan perkembangan telematika.

3. Layanan Context Aware dan Event-Based
Di dalam ilmu komputer menyatakan bahwa perangkat komputer memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya berdasarkan informasi dan aturan-aturan tertentu yang tersimpan di dalam perangkat. Gagasan inilah yang diperkenalkan oleh Schilit pada tahun 1994 dengan istilah context-awareness. Context-awareness adalah kemampuan layanan network untuk mengetahui berbagai konteks, yaitu kumpulan parameter yang relevan dari pengguna (user) dan penggunaan network itu, serta memberikan layanan yang sesuai dengan parameter-parameter itu. Beberapa konteks yang dapat digunakan antara lain lokasi user, data dasar user, berbagai preferensi user, jenis dan kemampuan terminal yang digunakan user. Sebagai contoh : ketika seorang user sedang mengadakan rapat, maka context-aware mobile phone yang dimiliki user akan langsung menyimpulkan bahwa user sedang mengadakan rapat dan akan menolak seluruh panggilan telepon yang tidak penting. Dan untuk saat ini, konteks location awareness dan activity recognition yang merupakan bagian dari context-awareness menjadi pembahasan utama di bidang penelitian ilmu komputer.

4. Layanan Perbaikan Sumber
Layanan perbaikan sumber yang dimaksud adalah layanan perbaikan dalam sumber daya manusia (SDM). SDM telematika adalah orang yang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan telekomunikasi, media, dan informatika sebagai pengelola, pengembang, pendidik, dan pengguna di lingkungan pemerintah, dunia usaha, lembaga pendidikan, dan masyarakat pada umumnya.

Konsep pengembangan sumber daya manusia di bidang telematika ditujukan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan SDM telematika dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan digital, kesenjangan informasi dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif dan optimal.

Thursday, September 29, 2011

Studi Kasus dan Cara Penyelesaian dari Suatu Masalah pada Jaringan Wireless

Di tempat tinggal yang saya tempati terdapat teknologi jaringan wireless yang menggunakan access point router sebagai server. biasanya permasalahan yang terjadi bila kedua PC sedang dipakai untuk game online, lalu laptop lain mendownload suatu data, maka game online tersebut akan menjadi delay atau lemot. Salah satu masalah yang saya rasakan adalah dimana kurangnya sinyal yang kuat sehingga membuat pengguna harus membatasi pemakaian internet agar tetap mendapat sinyal yang kuat dan tidak menimbulkan masalah delay.
Adapun penyelesaian yang dapat saya lakukan. Pertama adalah saya mengganti access point router yang lebih bagus dan mempunyai kelebihan dalam masalah sinyal.

Sunday, May 8, 2011

Rangkuman Meminum Susu

11 manfaat dari susu :

1. Susu mengandung potassium, yang dapat menggerakan dinding pembuluh darah pada saat tekanan darah tinggi untuk menjaganya agar tetap stabil, mengurangi bahaya akibat apopleksi, juga dapat mencegah penyakit darah tinggi dan penyakit jantung.
2. Dapat menetralisir racun seperti logam, timah dan cadmium dari bahan makanan lain yang diserap oleh tubuh.
3. ASI (Air Susu Ibu) dan kandungan lemak di dalamnya dapat memperkuat daya tahan fungsi syaraf, mencegah pertumbuhan tumor pada sel tubuh.
4. Kandungan tyrosine dalam susu dapat mendorong hormon kegembiraan—unsur serum dalam darah tumbuh dalam skala besar.
5. Kandungan yodium, seng dan leticin dapat meningkatkan secara drastis keefisiensian kerja otak besar.
6. Zat besi, tembaga dan vitamin A dalam susu mempunyai fungsi terhadap kecantikan, yaitu dapat mempertahankan kulit agar tetap bersinar.
7. Kalsium susu dapat menambah kekuatan tulang, mencegah tulang menuyusut dan patah tulang.
8. Kandungan magnesium dalam susu dapat membuat jantung dan sistem syaraf tahan terhadap kelelahan.
9. Kandungan Seng pada susu sapi dapat menyembuhkan luka dengan cepat.
10. Kandungan vitamin B2 di dalam susu sapi dapat meningkatkan ketajaman penglihatan.
11. Minum susu sebelum tidur dapat membantu tidur.

Khasiat Madu

Khasiat dan Manfaat Madu :

Madu dapat dikonsumsi oleh segala tingkatan ,dari Janin hingga Orang tua:

1. Janin : Madu dapat memperkuat janin yang lemah dalam kandungan ( rahim ).

2. Ibu Hamil : Madu membantu menjaga stamina dan kesehatan selama mengandung bayi, dan membantu asupan gizi yang tinggi bagi pertumbuhan janin yang sehat selama dalam kandungan.

3. Bayi : Membantu perkembangan otak bayi, karena setiap harinya otak terus berkembang sampai dengan usia 5 tahun. Untuk itu ia membutuhkan gizi yang tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan otak sangat terkait dengan kecerdasan pikiran (IQ ) dan kecerdasan mental ( EQ ) . Hal ini dapat dilihat dewasa ini aneka produk makanan tambahan baik susu atau bubur bayi yang di formulasikan dengan madu seperti Dancow , Frisian Flag , Sustagen ,dsb . Untuk itu kenapa tidak kita berikan saja bagi buah hati kita yang terbaik ,yaitu madu .

4. Anak-anak : membantu agar nafsu makan meningkat ( adanya unsur vitamin B yang lengkap dalam madu), sehingga anak tumbuh sehat , lincah dan riang serta tahan penyakit.

5. Remaja : Khasiat madu pada akil baligh remaja membuat tumbuh sangat cepat ,gizi yang baik dan teratur akan membuat pertumbuhan tubuh menjadi sempurna.

6. Dewasa : Tingkat kelelahan dan pekerjaan yang menumpuk mengakibatkan stress sehingga tubuh menjadi lemah dan mudah terserang penyakit . Dalam hal ini para pekerja pabrik yang bekerja keras seharian penuh ( long shift ) tanpa zat gizi yang memadai rawan terjangkiti penyakit seperti thypus , radang , serta infeksi bakteri lainnya maka dalam hal ini Madu adalah makanan tambahan terbaik.

7. Lanjut Usia : Madu adalah makanan terbaik yang sangat diperlukan bagi manula , karena madu adalah sumber energi dan gizi yang dapat diserap langsung oleh tubuh , dimana pada usia tersebut organ pencernaan kita sudah mulai berkurang fungsinya.

Rangkuman Manfaat Kacang Hijau

Kacang hijau memiliki banyak kandungan protein. Bagi ibu-ibu hamil sering dianjurkan untuk mengkonsumsi kacang hijau ini karena untuk meembuat rambut si cabang bayi menajdi lebat. Kacang hiaju juga mebgandung kalsium dan fosfor yang bermanfaat untuk memperkuat tulang dan kacang hijau mempunyai kadar lemak yang rendah yang bila orang-orang ingin mengurangi kadar lemak dalam tubuhnya yang tinggi.
Mengandung vitamin B1 untuk pertumbuhan.
kecambah kacang hijau juga memiliki
manfaat antara lain:

a. Antioksidan yang terkandung di dalamnya dapat membantu memperlambat proses penuaan dan mencegah penyebaran sel kanker.

b. Kandungan vitamin E-nya membantu meningkatkan kesuburan.

c. Sangat baik untuk menjaga keasaman lambung dan memperlancar
pencernaan. karena bersifat alkalis (basa).

d. Untuk kecantikan, yaitu membantu meremajakan dan menghaluskan
kulit, menghilangkan noda-noda hitam pada wajah, menyembuhkan jerawat, menyuburkan rambut dan melangsingkan tubuh.

Rangkuman Mengkonsumsi Air Putih

Air putih sangat penting bagi tubuh kita karena 80% tubuh manusia terdiri dari air. Terdapat beberapa manfaat air putih, antara lain:
1. memperlancar sistem pencernaan
2. dapat memperlambat tumbuhnya zat-zat penyebab kanker, mencegah batu ginjal dan hati
3. perawatan kecantikan

4. untuk kesuburan
5. menyehatkan jantung
6. sebagai obat stroke
7. efek relaksasi

8. menguruskan badan
9. tubuh lebih bugar

Tuesday, May 3, 2011

Resensi Film Step-up

Siapa yang tidak tahu adanya film internasional yang berjudul Step-up ini? Setidaknya film ini familiar di telinga masyarakat, terutama orang-orang yang memang menyukai tari-menari karena film ini menceritakan tentang dunia tari. Film ini berseri, dari step-up, step-up 2 dan tahun 2010 ini mengeluarkan versi baru yaitu step-up 3D. Masing-masing ceritanya memiliki alur cerita yang berbeda tetapi mempunyai inti yang sama yaitu sebuah tarian.
film ini mempunyai kelebihan karena selain menceritakan tentang dunia tari, film ini juga mempunyai kisahnya masing-masing yang diperankan oleh aktor dan aktris yang berbeda-beda dan yang memang mempunyai talenta menari.
step-up yang pertama muncul pada tahun 2006. step-up pertama ini menceritakan tentang seorang lelaki yang kurang beruntung yang di perankan oleh Channing Tatum sebagai Tyler Gage dan penari modern yang istimewa yang diperankan oleh Jenna Dewan sebagai Nora Clark. Mereka dipertemukan dalam sebuah karya yang menentukan masa depan mereka berdua, mereka meyadari bahwa mereka hanya memiliki satu kesempatan dan akhirnya bekerja sama.
Di dalam film ini dapat dilihat dan ditonton ada perpaduan antara tarian modern dengan tari ballet. Keadaan yang memang orang lain atau khususnya penari masih meremehkan suatu tarian apalagi mempadu-padankan antara tari balet dengan tarian modern. Tetapi mereka berdua dapat membuktikan kepada penonton bahwa pertunjukan tarian yang mereka gabungkan itu sangat bagus, akhirnya pertunjukan mereka berdua sangat di sukai oleh banyak orang.
Lalu untuk step-up kedua, seorang gadis yang diperankan oleh Briana Evigan sebagai andie yang biasa menari dijalanan atau biasa disebut street, disuruh berubah dan masuk ke sekolah MSA agar tidak menari jalanan lagi. karena penari jalanan terlihat seperti orang yang sering melakukan kejahatan atau berandalan dan sering melecehkan orang. Karena masuknya andie ke sekolah MSA, dia diusir oleh teman-teman cru tarinya. Tetapi andie bertemu dengan seorang lelaki yang diperankan oleh Robert sebagai chase. Lalu mereka membuat cru baru yang terdiri dari anak-anak sekolah MSA tersebut. Akhirnya mengikuti lomba dan mereka menang secara adil.
Sedangkan step-up 3D menceritakan suatu tempat yang diperebutkan untuk bescamp mereka menari. Tetapi dengan sekuat tenaga, mereka berlatih untuk memenangkan suatu lomba dance yang menghadiahkan banyak uang dan dapat membeli tempat tersebut. Hasil jeri payah mereka tidak sia-sia, dengan masuknya mouse dan gadis yang bernama Natalie, mereka pun mendapatkan kemenangan dalam lomba tersebut dan dapat menempati empat yang direbut selama ini dari musuhnya.

Sunday, April 3, 2011

akibat mengkonsumsi mie instan

mie instan adalah makanan cepat saji. makanan ini mudah untuk dibawa-bawa dan biasanya dikonsumsi oleh semua orang. kebanyakan orang akan memakan mie ini karena praktis. bila kita ingin memekannya tinggal menambahkan air panas dan bumbu yang sudah tersedia di dalam bungkusannya. banyak yang menyukai mie instan ini karena rasanya yang beraneka ragam. dari yang goreng maupun yang rebus. banyak sekali pilihan sesuai selera.

tetapi jangan salah, terlau sering mengkonsumsi mie instan ini juga dapat menimbulkan berbagai penyakit. Mie Instan memang sangat berbahaya selain mie sangat beracun dan juga MSG pada mie amat sangat mematikan otak dimana jika anda terus makan akan penyakitan dan juga membuat bodoh. Aneh memang sudah jelas-jelas Mie Instan berbahaya tapi di Indonesia malah kepala negara yang menganjurkan memakan Mie Instan saya tidak tahu iklan kampanye yang mirip dengan iklan mie instan ini menganjurkan atau bagaimana.

mie instan ini sangat tidak menyehatkan dan juga sangat berpotensi yang menyebabkan usus dalam tubuh mengalami lengket dan akhirnya bocor karena berlubang. Bagaimanapun mie instan tidak bisa menggantikan makan penuh (wholesome food) dan hanya bisa di jadikan makanan bantu sementara (selingan) dan tidak boleh di konsumsi secara terus menerus karena berakibat sangat buruk bagi kesehatanhal it disebabkan kandungan zat (campuran dalam pembuatan ) mie instan. Disamping itu mie instan tidak memenuhi kebutuhan gizi seimbang bagi tubuh . Walaupun di dalam mie instan terdapat kandungan karbohidrat dalam jumlah besat tetapi kandungan vitamin, mineral maupun protein yang ada didalamnya sangat sedikit. Hal itu berbeda jika makan mie instan dengan campuran bahan lain yang mengandung vitamin seperti penampahan jenis sayuran seperti wortel, sawi, tomat dll,

Sumber protein bisa juga di dapatkan jika di tambah seperti telor, ikan , tempe, daging dsb.. Satu takaran saji mie instan yang berjumlah 80 gram dapat menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20% dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energiyang disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain yang kurang disadari adalah kandungan minyak dalam mie instan yang dapat mencapai 30% dari bobot kering. Hal tersebut perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan.

Ternyata mie instan bukan cuma kandungan nutrisinya yang kurang, tapi juga bisa merugikan kesehatan bagi mereka-mereka yang mengkomsumsi salah satunya menurut dokter mie instan penyebab timbulnya kanker, hal itu disebabkan oleh zat lilin sebagai campuran pembuatan mie instan yang berfungsi agar mie instan tidak lengket saat dimasak. Walaupun hasil dari penelitian Badan POM isu lilin yang ada dalam mie instan dinyatakan tidak benar.

Menurut seorang ahli gizi klinik, Juniarta Alidjaja, orang yang kebanyakan makan mie instan tanpa diimbangi makanan berserat berpotensi mengalami gangguan kesehatan. Hal ini karena mie mengandung karbohidrat sederhana, lemak, dan kadar natrium tinggi. Misalnya obesitas, kenaikan kadar gula darah, kenaikan tensi tubuh dan lain-lain.

jadi, di mulai dari sekarang. janganlah bterlalu banyak mengkonsumsi mie instan.

Wednesday, February 23, 2011

Penelitian Ilmiah

Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kita, karena oleh karena karunia dan berkah dari-Nya, saya masih dapat membuat artikel ini. Adapun alasan mengapa saya ingin membuat artikel tentang 'Penelitian Ilmiah' ini. Alasan saya yaitu saya ingin berbagi soal perasaan saya yang berdebar saat saya memikirkan tentang PI. Saya takut dan sejujurnya saya pesimis dengan PI saya nanti.

Untuk saya Penelitian ini adalah sebuah tantangan dalam hidup saya. Hal ini juga awal dari perjuangan saya agar mendapatkan kelulusan sesuai dengan waktunya. Mudah-mudahan pembuatan Penelitiani Ilimiah saya di permudah oleh Allah SWT. Amin. Saya sangat sangat deg-degan besok bertemu dengan dosen pembimbing saya. Saya tidak tahu akan mendapatkan dosen seperti apa. Akankah dia mengerti saya? Akankah dia baik dan akankah Beliau membantu saya? Tetapi bukan berarti saya akan menyerah. Saya akan berusaha sesuai dengan kemampuan saya. Saya yakin saya bisa, kalau disamping saya masih ada teman-teman yang dapat membantu saya Amin.

Demikian curahan hati saya tentang pembuatan Penelitian Ilmiah ini. Saya terus berdoa, mudah-mudahan Penelitian saya dan teman-teman yang lain dapat menyelesaikan Penelitian ini sesuai dengan waktunya dan lulus tepat waktu. AMIN YA ALLAH. sekian dan terimakasih

Friday, February 11, 2011

Keadaan Jalur Busway

Pertama-tama saya mengucap syukur kepada Allah SWT, karena dengan karunia-Nya saya masih dapat membuat artikel ini. Saya membuat artikel tentang Keadaan Jalur Busway ini karena saya terkaget-kaget setelah melihat dan mendengar berita ditelevisi soal kecelakaan yang sering terjadi di jalur busway. Saya akan membahas tentang Jalur Busway tersebut.

Kenapa sering terjadi kecelakaan di jalur busway? Sebenarnya yang salah pengguna jalan atau memang supir busway nya?? Selalu itu yang membuat saya bertanya-tanya. Tetapi setelah saya berfikir, saya mendapat jawabannya. Banyak sekali pengguna jalan yang tidak mentaati peraturan. Pemerintah sudah membuatkan jembatan penyebrangan untuk pengguna jalan agar tetap aman, tetapi terkadang pengguna jalan malah tidak memakai fasilitas itu dengan baik dengan alasan malas naik tangga dan sebagainya. Lebih baik capek naik tangga atau mati karena ditabrak busway? memang pikiran pengguna jalan sekarang sulit dimengerti. sebaiknya dibuat peraturan apa lagi ya agar pengguna jalan bisa terbebas dari kecelakaan busway tersebut??
Menurut saya, sebagai supir busway nya pun, mereka tidak usah menyetir busway tersebut dengan kecepatan yang tinggi. Karena busway hanya sedikit terkena kemacetan, jadi bisa sama-sama memperkecil kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan. Lalu keamanan dan penjagaan di sekitar jalur busway lebih baik diperketat, agar tidak ada pengguna jalan yang menerobos atau melanggar peraturan.

Demikian artikel yang saya berikan tentang keadaan atau kecelakaan yang sering terjadi di jalur busway. sebagai pengguna jalan, saya memberi saran kepada pengguna jalan yang lainnya untuk lebih waspada dan lebih baik memakai sarana yang sudah diberikan pemerintah agar lebih aman dan terkendali. Terima kasih

sumber : berita sekilas info rcti

Thursday, January 13, 2011

Bisikan Aneh...


Jangan lupakan aku. Kabari aku jika kau sudah sampai di sana, begitu katamu ketika melepaskan kepergianku. Namun, pada saat yang bersamaan, perasaan ini berkata lain. Ada sesuatu yang tiba-tiba melintas, dan dengan caranya yang aneh pula dia mengatakan bahwa yang akan terjadi adalah sebaliknya.
Oleh karenanya, mungkin jika kau memperhatikan tatapan mataku, atau mimik yang tergambar di raut wajahku, kau akan tahu bahwa aku meragukan setiap kata yang kau ucapkan kepadaku.
Tetapi, itulah. Aku sendiri tak tahu lagi kepada siapa aku menaruh kepercayaan. Dusta itu sudah terlalu sering menghujaniku. Kebohongan rasanya seperti genting pada setiap rumah, atau jendela dengan kaca-kaca timah menorehkan warna-warninya di kehidupanku. Sehingga, jangan heran jika pada akhirnya aku pun mendiamkan saja apa yang terjadi pada diriku. Toh, akhirnya kau berbohong kepadaku.
"Jangan lupa, ya.." Itu ucapanmu sambil melemparkan senyum dari bibir yang biasa kau berikan padaku untuk kulumatkan di malam-malam kita tempo hari.
Ah, sandiwara apa lagi yang tengah kau mainkan, manisku? Bahkan ketika kukatakan bahwa kepergianku ini untuk sesuatu yang penting bagi kita, dan kau menunjukkan keberatan karena lamanya kita berpisah, aku sudah tahu bahwa itu hanya pura-pura saja. Kepura-puraan seutas tali layang-layang, yang kau tarik seolah menurunkan, yang sesungguhnya membuat terbangnya kian tinggi. Aku tahu, sayangku, aku tahu.
Maka, ketika pesawat ini mendarat dan aku melanjutkan perjalanan dengan landrover, mendaki dan menjelajahi tanah tak ramah, aku pun kian tergelak-gelak oleh sandiwara yang kau mainkan. Tidak, kau tidak bermain, tetapi menyutradari lakonku. Aha, kau menjadi sutradaranya!
Aku tahu kau tengah menimbang-nimbang dan menggores-goreskan naskah yang kau edit sendiri, dan mengarahkan langkahku untuk menemui kegagalan itu. Kau pikir aku tak tahu apa yang kucari? Kau pikir aku tak tahu siapa yang akan kutemui? Meskipun ketika kukatakan bahwa aku sendiri tak yakin benar akan apa yang akan kucari ini, dan kau mencegahku --ah, betapa manisnya adegan itu-- aku tahu bahwa sebetulnya kau tengah berdoa agar aku cepat-cepat pergi dan menjumpai bibir jurang kehampaan yang menganga.
"Sudah lama kenal sama Mahmud?" Tiba-tiba orang yang menjemputku bicara. Aku tak percaya manusia besi ini bisa bicara. Sejak kedatangannya di bandara, dan setelah hampir tiga jam dia bersamaku, baru ini yang diucapkannya.
Kau tahu, sayangku, caranya bicara menunjukkan bahwa apa yang diucapkannya hanyalah sebuah basa-basi, pemerah bibir. Dia tak punya kepentingan apa-apa denganku, karenanya dia bertanya tentang sesuatu yang tak berkaitan dengan urusannya. Bayangkan, jika saja kujawab "sudah", lantas dia mau bilang apa? Atau misalnya aku berdusta dengan mengatakan "belum", kira-kira apa yang akan dijadikannya pertanyaan berikutnya? Tak ada. Persis seperti caramu menghadapiku. Semuanya basa-basi.
"Sudah."
"O...berapa lama?"
Nah, apa kataku. Dia hanya mencoba berbasa-basi lagi.
"Sepuluh tahun...," jawabku asal saja.
"Teman kuliah?"
"Bukan."
"Teman kerja?"
"Bukan."
Nah, betul, kan, kataku, dia tak bisa menyambung dengan kata-kata lagi. Itu semua karena dia hanya berbasa-basi.
"Kita akan sampai di ibukota kecamatan kira-kira dua jam lagi. Dan karena di dalam dua jam itu saya khawatir kita tidak menemukan kedai atau apa pun, sebaiknya kita mampir dulu di pasar ini. Sekalian kita cari pompa bensin."
"O...bagaimana mungkin dalam dua jam perjalanan kita tidak bisa menemukan warung, atau kedai makanan?"
"...?"
Dia hanya menatapku dengan bingung. Otaknya tak cukup cerdas mencari sebuah kalimat yang bisa membuatku paham. Lalu, sambil menengok ke kanan dan ke kiri, mencari warung, dia kembali tenggelam dalam kebisuannya.

***

Selama menunggu makanan di kedai, aku membayangkan serbuk racun ditaburkan di makanan yang akan kumakan. Ah, jangan kau pura-pura, sayangku, dia adalah orang suruhanmu. Jangan menyangkal, aku tahu. Engkau ingin tahu bagaimana aku bisa tahu? Haha...untuk apa? Membuktikan bahwa kau adalah seorang juru catat yang andal? Dia dengan mudahnya menyuruh si pemilik warung untuk menaburkan sejenis sianida atau racun apalah namanya, ke dalam makananku.
"Saya belum lapar..."
Dan lihatlah wajahnya yang tolol itu.
"Saya sudah pesan 2 piring dan Anda setuju kita makan dulu. Kenapa tiba-tiba merasa belum lapar?"
"Maaf, ini perut saya. Sayalah yang paling tahu kondisinya."
"Hmm...tapi kita harus bayar 2 piring."
"Tak masalah. Saya akan bayar. Kalau mau, silakan makan punya saya..."
Piring dan lauk dihidangkan. Ikan bakar, sambal dan lalapan.
Dia makan dengan lahapnya. Aku hanya mengamatinya saja. Dia terlalu lahap, dan betul-betul menikmati nasi hangat dan ikan bakar itu.
"Jadi, nggak makan?"
Aku menggeleng.
"Sayang kalau dibuang. Saya makan, ya?" Dan dia langsung mengambil jatahku.
Dan kembali dia melahap habis nasiku, laukku dan lalapanku. Dia minum dengan tegukan besar dan mengeluarkan sendawa besar. Sungguh edan!
Kuamati perubahan di wajahnya. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi dia akan...

***

Aneh. Si besi ini tak mati-mati juga, padahal, menurut dugaanku, piringku pasti beracun dan...mungkin aku salah. Landrover menderum lagi membelah malam.
Dia menyalakan rokok dan menikmati laju kendaraan dengan seenak perutnya. Sementara itu aku terayun-ayun dan merasakan kantuk mengganduli mataku. Tidak, tak mungkin aku tertidur, sementara kaki-tanganmu siap menikamku. Ini juga bagian sandiwaramu, bukan?
Tiba-tiba mobil berdecit, membelok dan berhenti. "Maaf, perut saya..." dia lari ke semak-semak sambil membawa sebotol air. "Kebanyakan sambal," teriaknya sebelum menghilang di semak-semak.
Bukan kebanyakan sambal, tapi sianidamu mulai bekerja. Bagaimana mungkin dia yang menyuruh menaburkan bubuk racun itu kemudian memakannya? Apakah dia ingin meyakinkan aku bahwa... ah, sandiwara terlucu yang pernah kusaksikan.
Mesin menyala, lampunya mengarah ke semak-semak. Sialan, aku disuruh menyaksikan dan menunggui pembunuhku buang air! Kampret! Aku sungguh tak mengerti jalan pikiranmu. Kita sebentar lagi akan menikah, dan dalam pernikahan itu, kujamin bahwa diriku akan bisa membuatmu menjadi wanita terhormat, ibu dari anak-anakku. Yang aku tak mengerti, mengapa kau sudah... ah, itu yang aku tak paham. Apa sebetulnya motivasimu?

***

Dan Mahmud itu, nama yang kau sebut-sebut sebagai kawan yang mungkin bisa membantuku itu, bukankah dia kekasih gelapmu? Jangan kau sangkal dan membalikkan kenyataan itu sebagai bentuk kecemburuanku padamu. Jika bukan kekasih gelapmu, mana mungkin kau secara cepat memberikan nama itu kepadaku?
Apalagi, rumahnya jauh dari rumah kita. Bayangkan, aku harus berpesawat, lalu naik landrover ini berjam-jam, baru bisa menemukannya. Aku curiga, jangan-jangan kau telah bersekongkol dengan Mahmud. Dan manusia besi yang sekarang sedang berjuang keras di balik semak-semak itu, tentunya adalah kaki-tangan Mahmud juga.
Tetapi, mengapa?
Aku sendiri meragukan apakah yang kucari ini akan kutemukan atau tidak. Tetapi, ketika kukatakan kepadamu, tempo hari itu, aku jadi curiga. Jangan-jangan, sikapmu, ucapanmu, bahkan tangisanmu, sebetulnya adalah taktikmu saja agar aku meragukan kepergianku. Itu sebabnya, aku justru ingin pergi dan mencarinya. Seandainya saja, engkau tidak keberatan dan mempersilakan aku pergi, mungkin aku malah tak pergi.
Tetapi karena kau merengek agar tak kutinggalkan, entahlah, keinginanku untuk pergi rasanya kian menggebu.
Sungguh aku tidak mengerti sikapmu.
"Wah, lega rasanya, bisa..." Dan dia mengakhiri kalimatnya dengan ekspresi puas, diulas senyum lebar.
Sungguh tak sopan manusia satu ini. Selesai buang hajat malah pamer!

***

Perjalanan berlanjut. Hanya bunyi mesin yang kudengar. Jalan berkelok-kelok, mendaki, menurun, bergelombang. Belum mati juga, dia.
"Merokok?"
"Terima kasih. Kata orang merokok bisa memendekkan umur," jawabku berusaha ketus. Maksudku agar dia mengerti bahwa sebetulnya aku keberatan kalau dia merokok.
Ajaib dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Hebat benar, Tuhan bisa dikalahkan oleh rokok..." dan gelak tawanya kian nyaring di malam sunyi ini.
Sinting, dia membawa-bawa nama Tuhan demi sebatang rokok sialan itu.
"Anak saya lima. Yang besar sudah SMA, Mas?"
Ampun, siapa yang mau tahu keluarganya? Mau punya anak selusin pun, aku tak peduli. "Belum kawin...," jawabku lesu.
"Lho, saya pikir Mas ini suaminya Mbak Desy?"
Nah, nah...bagaimana mungkin dia tahu namamu? Bukankah kau pun tak mengenalnya? Bagaimana mungkin dia tahu bahwa namamu Desy dan aku adalah pasanganmu? Jika bukan ada apa-apanya, tentu tak mungkin dia tahu banyak tentang kita.
"Pak Mahmud bilang bahwa Mas ini suaminya Mbak Desy. Jadi, bukan? Maksud saya, belum menikah?" Dia pun terbahak lagi.
Lihatlah, Des, lihat... ah, seandainya saja kau bisa menyaksikan bagaimana laki-laki besi ini tertawa geli. Dia mengejekku. Dia menertawakanku. Bukankah ini sebetulnya maksudmu "melemparkan"-ku kemari? Agar aku jadi bahan tertawaan orang lain? Oh, Desy, Desy... aku semakin tak mengerti mengapa kau menyukai cara-cara aneh untuk menghina calon suamimu sendiri?
"Mumpung masih muda, kawinlah Mas. Maaf usia Mas berapa?"
Hmmm! Mau apa dia tanya-tanya umurku? "Empat puluh."
Dia diam. Kurasa dia tak percaya atau angka empat puluh merupakan angka keramat baginya. Dan, Desy, inikah caramu agar aku dicerca oleh orang lain? Bukankah sudah menjadi keputusanmu bahwa selisih usia kita yang nyaris dua puluh tahun ini bukan soal untuk berumah tangga? Lalu, mengapa kau selalu menggiringku ke dalam bubu jebakan, agar setiap orang mempertanyakan masalah usia kita?
Apa rencanamu sebetulnya di balik ini semua?

***

Jam 11 malam landrover berhenti di depan sebuah rumah panggung. Sunyi dan gelap mengepung. Untunglah bulan masih mau membagi sinarnya. Bulan tanggal berapa sekarang, mengapa belum bulat penuh?
Mungkin, karena mendengar derum mobil, si tuan rumah membuka pintu. Seorang laki-laki besar, bercelana jins berkaos hitam, tegak di ambang pintu. Cahaya menyeruak menginginkan kebebasan.
"Belum tidur, rupanya, Pak Mahmud..."
"Itu Mahmud?" namun aku segera sadar bahwa tadi aku mengaku mengenalnya selama 10 tahun. Dia tentunya --seharusnya curiga dengan ucapanku. Tapi, ah, si bodoh ini hanya diam saja. Mungkin dia mengantuk atau tak peduli.
Dia turun tangga menyambutku. Hangat. Genggaman tangannya kuat sekali dan sebaris gigi besarnya menyeringai. Bahagia betul dia menemukan korbannya!
"Kenapa lama sekali, Din?" ucapnya di sela-sela senyumnya.
"Maaf Pak, tadi..." Si Din menepuk-nepuk perutnya sendiri sambil meringis. Mahmud tergelak.

***

Paginya, aku terbangun dengan badan dirajam lelah. Maklumlah, semalam aku tak makan dan langsung tertidur, begitu Mahmud membukakan kamar untukku. Kubuka jendela kayu dan... Tuhanku, engkau pasti tersenyum ketika menciptakan alam ini. Gunung-gunung berlapis-lapis, berkelambu kabut yang membuatnya kian menipis. Bebukitan menggunduk di sana-sini, menyembul di antara padang rumput, pepohonan dan bebatuan besar. Dan di leher-leher bukit itu, kabut tipis melayang perlahan, layaknya kain panjang seorang jelita putri di negeri dongeng. Kuda-kuda merumput tenang, bersama sapi dan kambing. Di manakah aku saat ini? Belum pernah kusaksikan keramahan yang menyejukkan jiwa, seperti di tempat ini.
"Mari sarapan dulu, istri saya sudah menyiapkan." Tiba-tiba suara yang kukenali membuatku tersadar dan melihat arloji. Jam sembilan!
"Mmm... ini waktu Indonesia Bagian Tengah. Jamnya pasti belum disesuaikan."
"Oh...," berarti aku harus mengubahnya menjadi jam sepuluh! Astaga, aku terbangun jam sepuluh! Berarti lelap sekali tidurku.
Sambil makan, Mahmud berkata tentang sesuatu yang akan kucari itu. Memang, dia bilang bahwa kayu itu tumbuh hanya di daerah ini, namun tidak semua orang bisa mencarinya. "Adanya di hutan dan hanya orang tertentu yang bisa menemukannya."
Aku berhenti menyuap. Gagal sudah harapanku.
"Untuk apa, sih, Mbak Desy mencari kayu itu?"
"Mmm... ini memang permintaan paling aneh.. Katanya untuk persyaratan mas kawin..."
Tanpa kuduga, Mahmud tertawa. Suaranya lantang memenuhi ruang-ruang di rumahnya. Sesaat dia tersedak. Minum. Lalu melanjutkan gelak tawanya lagi.
"Ya, ya... saya mengerti. Itu permintaan aneh, dan lebih aneh lagi, saya menurutinya. Saya harus ambil cuti dan...di sini ditertawakan orang," ucapku putus asa.
Mahmud berhenti tertawa tiba-tiba. "Oh, maaf, maaf...saya tidak menertawakan Mas. Saya hanya tak menyangka bahwa kayu itu begitu berharga bagi orang Jakarta. Itu saja. Jangan khawatir, saya akan membantu mencarikannya, jika memang sepenting itu." Dia lalu mengangkat HP-nya. Gila. Di lambung gunung seperti ini, HP-nya masih berfungsi.
Aku terdiam. Siapakah engkau, Mahmud?

***

Aku tiba-tiba diserang hawa aneh yang membuatku berubah pikiran. Ucapan Mahmud yang sungguh-sungguh itu membuatku berpikir tentang semua yang tengah kulakukan ini. Aku yang semula percaya padamu, Des, tentang syarat yang kau ajukan itu, dan itu kubuktikan dengan kesungguhanku berangkat, tiba-tiba menjadi ragu, karena setelah kupikir, mungkin ini hanya alasan penolakanmu atas lamaranku. Namun, ketika kau pun agaknya meragukan permintaanmu sendiri, sementara aku jadi kian menggebu berangkat, aku mulai bimbang dengan semua ucapanmu. Dan ketika sesampai di tempat ini, bicara dengan Mahmud, aku...ah, entahlah.
Bagaimana jika kayu itu memang kutemukan? Aneh. Gila. Nonsense.
"Ada, Mas."
"Apanya?"
"Kayunya. Mau seberapa panjang?"
Aku terdiam. Terus terang, aku tak punya kesiapan untuk itu.
"Kalau mau dimasukkan tas, ya, paling-paling 50 cm cukup, kan?"
Aku masih diam. Jadi, kayu itu memang ada dan bisa kumasukkan tasku. Ah, gila. Terus, aku harus bagaimana? Setelah kayu itu ada di tanganku dan itu mencukupi syarat perkawinan kita, Desy? Aku harus bagaimana?
"Maaf, tapi permintaan Mbak Desy memang agak langka. Soalnya, biasanya yang minta kayu itu adalah seorang dukun." ujar Mahmud sambil tersenyum, dan tangannya mencolek ikan goreng.
Dukun? Ah, skenario apalagi yang kau kembangkan untuk lakon kita, Desy?
Ahh, aku tak tahu lagi, apakah setelah berjam-jam waktuku hilang di jalan, dengan berbagai rajaman pikiran meninggalkanmu, cutiku yang terbuang sia-sia, dan kayu yang memang ada itu, kemudian..."dukun"? Aku tak tahu lagi apakah aku masih punya sisa tenaga untuk mengawinimu, Des? Terus terang aku lelah mendengar bisik-bisik yang selalu menggaung di kepalaku ini. Aku ingin berhenti. Aku ingin agar bisikan itu berhenti dan aku bisa lebih tenang menjalani sisa lakonku sendiri. ***

Pinang, 982

::
Cerpen Yanusa Nugroho

Langit Menggelap di Vredeburg

Beginilah menjelang senja di jantung kota. Sekelompok remaja nongkrong di atas motor model terbaru mereka sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Ada juga remaja atau mereka yang beranjak dewasa duduk berdua-dua, di bangku semen, di atas sadel motor, atau di trotoar. Anak-anak kecil berlarian sambil disuapi orang tuanya. Pengamen yang beristirahat setelah seharian bekerja. Dan orang gila yang tidur di sisi pagar.
Di salah satu bangku kayu panjang, bersisihan dengan remaja yang sedang bermesraan, Reyna duduk menghadap ke jalan. Hanya duduk. Mengamati kendaraan atau orang-orang yang melintas. Menunggu senja rebah di hamparan kota.
Tiba-tiba laki-laki itu sudah berada di depannya sambil mengulurkan tangan. "Apa kabar?" katanya memperlihatkan giginya yang kekuningan. Asap rokok telah menindas warna putihnya.
"Kamu di sini?" Reyna tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Segala rasa berpendaran dalam hatinya. Senang, sendu, haru, pilu, yang kesemuanya membuat Reyna ingin menjatuhkan dirinya dalam peluk lelaki itu.
Begitu juga Mozes, lelaki tua yang berdiri di depan Reyna. Dadanya bergemuruh hebat mendapati perempuan itu di depan matanya. Ingin ia memeluk, menciumi perempuan itu seperti dulu, tetapi tak juga dilakukannya.
Hingga Reyna kembali menguasai perasaannya, lalu menggeser duduknya memberi tempat Mozes di sebelahnya.
"Kaget?" tanya Mozes, duduk di sebelah Reyna.
Reyna tertawa kecil.
"Gimana?" tanya Reyna tak jelas arahnya. "Lama sekali nggak ketemu."
"Iya. Berapa tahun ya? Dua lima, tiga puluh?"
"Tiga puluh tahun!" jawab Reyna pasti.
"Ouw! Tiga puluh tahun. Dan kamu masih semanis dulu."
"Terima kasih," Reyna tersenyum geli. Masih ’semanis dulu’. Bukankah itu lucu? Kalaupun masih tampak cantik atau manis itu pasti tinggal sisanya saja. Kecantikan yang telah terbalut keriput di seluruh tubuhnya. Tapi kalimat itu tak urung membuat Reyna tersipu. Merasa bangga, tersanjung karenanya.
"Kapan datang?" tanya Reyna. Mulai berani lagi menatap mata lelaki di sebelahnya.
"Belum seminggu," jawab Mozes.
"Mencariku?" Reyna tersenyum. Sisa genitnya di masa muda.
Mozes tertawa berderai-derai. Lalu katanya pelan, "Aku turut berduka atas meninggalnya suamimu," tawanya menghilang.
Reyna tak menjawab sepatah pun. Bahkan ucapan terima kasih tidak juga meluncur dari bibirnya. Ia menerawang ke kejauhan. Detik berikutnya mata Reyna tampak berlinangan. Goresan luka di sudut hatinya kembali terkoyak. Rasa perih perlahan datang. Luka lama itu ternyata tak pernah mampu disembuhkannya. Semula ia menduga luka itu telah pulih, tetapi sore ini, ketika Mozes tiba-tiba muncul di hadapannya ia sadar luka itu masih ada. Tertoreh dalam di sudut perasaannya.
Reyna dan Mozes. Mozes pekerja film yang bukan saja terampil, tetapi juga cerdas dan kritis. Reyna pengelola media sebuah perusahaan terkemuka. Mereka bertemu karena Reyna harus membuat sebuah film sebagai media pencitraan perusahaannya. Reyna yang istri dan ibu seorang anak, dan Mozes yang duda. Dua orang muda yang masih segar, bersemangat, dan menawan. Dua orang yang kemudian saling jatuh cinta.
Reyna hampir saja meninggalkan Braham ketika itu. Ibu muda Reyna merasa menemukan sampan kecil untuk berlabuh. Meninggalkan malam-malamnya yang kelam bersama Braham. Pergi mengikuti aliran sungai kecil yang akan mengantarnya ke dermaga damai tanpa ketakutan, tanpa kesakitan. Berdua Mozes.
Tetapi sampan kecil itu ternyata begitu ringkih. Ia tak mampu menyangga beban berdua. Ia hanya ingin sesekali singgah, bermesra dan bercinta tanpa harus mengangkutnya. Mozes tak menginginkan ikatan apa pun antara dirinya dan Reyna. Ia ingin tetap bebas pergi ke mana pun ia ingin dan kembali kapan ia rindu. Kebebasan yang tak bisa Reyna terima. Maka sebelum perjalanan dimulai, ia memutuskan undur diri. Perempuan itu menyadari, bukan laki-laki seperti Mozes yang ia ingini untuk membebaskan dari derita malam-malamnya. Mozes berbeda dengan dirinya yang membutuhkan teman seperjalanan, ia hanya mencari ruang untuk membuang kepedihan dan mencari hiburan. Tak lebih.
"Berapa lama kamu akan tinggal?" tanya Reyna setelah gejolak perasaannya mereda.
"Entah. Mungkin sebulan, dua bulan, atau mungkin sepanjang sisa umurku," jawab Mozes, tanpa senyum, tanpa memandang Reyna. "Banyak hal yang memberati pikiran dan tak bisa kuceritakan pada siapa pun selama ini."
"Itu sebabnya kamu kemari?"
"Jakarta semakin sesak dan panas. Sementara Jogja masih tetap nyaman buat berkarya. Jadi kuputuskan kembali," lanjut Mozes tanpa mengacuhkan pertanyaan Reyna. "Begitu kembali seseorang bilang padaku, kamu sering di sini sore hari."
"Maka kamu mencariku. Berharap mengulang lagi hubungan dulu."
Mozes menggeleng.
"Atau membangun hubungan baru."
Mozes menggeleng lagi, "Tidak juga. Aku tidak butuh hubungan seperti itu. Aku hanya butuh teman ngobrol…"
"Teman bermesra, teman bercinta yang bisa kamu datangi dan kamu tinggal pergi. Tanpa tuntutan, tanpa ikatan!" potong Reyna. "Itu hubungan yang sejak dulu kamu inginkan bersamaku kan? Seperti sudah kubilang dulu, aku tidak bisa. Aku sudah memilih."
Kebekuan kembali merejam perasaan kedua orang tua itu. Langit perlahan kehilangan warna jingga. Satu per satu lampu di sekeliling mulai menyala. Ada rangkaian lampu-lampu kecil berbentuk bunga di samping tikungan yang menyala bergantian, hijau, kuning, merah. Ada lampu besar dengan tiang sangat tinggi yang menyorot ke taman, ada pula lampu berwarna temaram yang semakin menggumpalkan kesenduan.
Tiga puluh tahun bukan waktu yang sebentar. Terlalu banyak hal terjadi pada mereka dan sekian lama masing-masing memendam untuk diri sendiri. Mestinya pertemuan sore itu adalah untuk berbagi cerita bukan justru bertengkar kemudian saling diam. Atau mungkin karena perpisahan yang terlalu panjang, keduanya tak tahu apa yang harus diceritakan terlebih dahulu.
Mungkin memang begitu, karena senyatanya Reyna ingin berkata, beberapa tahun setelah perpisahan mereka ia masih juga mencari kabar tentang Mozes. Hingga suatu hari, satu setengah tahun setelah mereka tidak bersama seorang teman mengabarkan bahwa Mozes pulang ke Jakarta. Tak lama setelah itu, ia mendengar Mozes tengah melanglang buana. Buana yang mana, entah. Reyna merasa tidak perlu lagi mencari tahu keberadaan laki-laki itu. Meski tak jarang bayangan Mozes tiba-tiba membangunkan tidurnya atau menyergap ingatannya begitu Braham mulai menjamah tubuhnya dan membuat Reyna kesakitan tak terkira.
Terdengar Mozes menghela napas. Panjang. Perlahan gumpalan kemarahan yang menyesaki dada Reyna mereda. Namun hasrat untuk terus ngobrol telah tak ada. Maka sisa pertemuan itu pun berlalu begitu saja. Kebekuan masih mengental di antara keduanya. Hingga Reyna minta diri, dan beranjak pergi.
Hari-hari setelah kejadian itu, Reyna tak pernah tampak di depan Vredeburg lagi. Tetapi Mozes masih sering terlihat di salah satu bangku kayu di sana. Sendiri di tengah orang-orang muda yang tengah bercanda dan bercinta. Menghisap rokok kreteknya. Sesekali mengibaskan rambut putihnya yang panjang, tersapu angin menutup wajah tirusnya.
Begitu perasaan Reyna membaik dan siap bertemu Mozes lagi, ia kembali pada rutinitasnya, menunggu senja jatuh di Vredeburg. Namun ia harus menelan kecewa karena Mozes tak dijumpainya. Bahkan telepon genggamnya tak bisa dihubungi.
Suatu sore, di tengah keputusasaan Reyna, seorang teman mendatangi dan mengulurkan sebuah surat kepadanya. Surat dari Mozes!
"Hari-hari itu dia mencoba menghubungimu, tetapi HP-mu tak pernah aktif," kata laki-laki itu. "Ginjalnya tak berfungsi, serangan jantungnya kambuh, tekanan darahnya tidak stabil…"
Reyna tak bisa mendengar lagi penjelasan laki-laki itu. Bahkan ketika si teman menyerahkan satu dos buku dan tas berisi kamera warisan kekayaan Mozes untuknya, Reyna belum kembali pada kesadarannya.
Senja beranjak renta. Seperti Reyna merasai dirinya. Sepasang remaja di sebelahnya telah pergi. Begitu juga sekumpulan anak muda yang nongkrong di atas motor mereka, mulai menghidupkan mesin kendaraannya. Sisa adzan sayup terdengar dari Masjid Besar. Sebaris kalimat di surat terakhir Mozes meluncur dalam gumaman.
…maghrib begitu deras, ada yang terhempas, tapi ada goresan yang tak akan terkelupas.*

:: Cerpen Sulialine Adelia

Peradilan Rakyat

Cerpen Putu Wijaya
Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."

Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.

"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."

"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."

Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.

"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"

"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"

"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."

"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"

"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."

Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.

"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."

Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***

Cirendeu 1-3-03

*google.com