Friday, June 4, 2010

Empati Pada Anak Datang Secara Alami

Pada saat anak-anak melihat orang lain dalam keadaan menderita, maka otak mereka merespons seolah-olah kejadian itu menimpa kepada mereka sendiri, demikian dikatakan oleh para peneliti AS.

Reaksi tersebut yang juga dapat terlihat pada orang dewasa, datang secara alami pada anak-anak usia sekolah, demikian dikatakan para ilmuwan.

"Apa yang ditemukan kami para peneliti bahwa kemampuan yang sudah ada sebelum kelahiran, membuat seorang anak dapat ikut merasakan apa yang dialami oleh orang lain, dan hal itu kemungkinan sekali adalah langkah awal menuju empati," kata Jean Decety dari Universitas Chicago yang penelitiannya dimuat di dalam majalah the Journal Neuropsychologia.

Dalam penelitian para peneliti melibatkan 17 orang anak usia dari 7 hingga 12 tahun. Anak-anak tersebut diberi animasi orang-orang yang mengalami kesulitan atau sakit sementara. Kemudian daya khayal mereka diuji dengan magnetik resonansi fungsional imaji atau fMRI.

Rangkaian dari imaji memperlihatkan kejadian kecelakaan antara lain sebuah mangkuk besar jatuh menimpa sepasang tangan dan situasi di mana rasa sakit ditonjolkan secara sengaja seperti misalnya seseorang membanting pintu dan menjepit tangan seseorang lainnya. Selain itu juga diberikan penggambaran suasana tanpa rasa sakit.

Hasil penelitian memperlihatkan pada saat terjadi rasa sakit akibat kecelakaan maka jaringan otak yang terkait ikut dalam proses merasakan adanya rasa sakit yang diperlihatkan dalam contoh-contoh selama uji tes imaji.

Decety mengatakan bahwa wilayah-wilayah tertentu dari otak telah memperlihatkan menjadi aktif dalam penelitian pada orang dewasa, dan diperkirakan merupakan bagian dari respons untuk berempati.

"Kami melihat bahwa anak-anak tak ubahnya seperti orang dewasa dalam menyikapi suasana sakit atau kemalangan," kata Decety dalam wawancaranya via telepon .

Namun apabila rasa sakit secara khusus ditonjolkan wilayah otak yang terkait yang menangani masalah fungsi sosial dan moral juga ikut tampak. Wilayah-wilayah di otak itulah yang terlibat dalam menyikapi suasana dalam ancaman.

Anak-anak umumnya mencari alasan apabila mereka melihat seseorang menderita cedera atau disakiti, hal itu sangatlah wajar karena apabila kita melihat seseorang tersakiti, maka tentu kita ingin tahu kenapa sebabnya.

Decety mengatakan banyak anak-anak yang menanyakan apakah situasi yang terjadi itu merupakan hal yang adil bagi orang yang tertimpa rasa sakit atau kemalangan.

"Apabila Anda berpikir apakah alasan dari satu kejadian yang menimpa orang lain maka hal itu merupakan sikap perhatian dengan orang lain," kata Decety menambahkan.

Decety mengatakan ia berharap akan menggunakan hasil penelitiannya itu untuk lebih memahami fungsi otak anak-anak yang bersifat agresif atau memperlihatkan tingkah laku anti sosial misalnya bullying (melakukan tindakan kekerasan kepada anak lain, terutama secara mental).

No comments: