Friday, April 2, 2010

Ganasnya Gelombang Tsunami

Gempa bumi yang mengawali gelombang tsunami ini merupakan yang terbesar kedua setelah gempa pulau Enggano pada tahun 1850. Gempa susulan pun siap menyusul.

Inilah bencana terbesar abad ini dan menyisakan luka yang dalam. Dadapun tersedak menahan tangis, setelah ribuan orang sanak saudara menjadi korbannya. Akan tetapi, bagaimna gelombang ganas itu dapat meluluhlantakkan semuanya?

Menurut Yusuf Surachman, Direktur Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Investarisasi Sumber Daya Alam (P3TISDA) BPPT, gempa bumi yang menyebabkan tsunami itu diyakini akibat tumbukan lempeng benua Eurasia. Oleh karena itu, kekuatannya sangat besar (9 skala richter), gempa di Aceh itu mampu mengakibatkan 2 gempa di tempat lain. Yakni di Laut Andaman dan Laut di sekitar kepulauan Nicobar hanya dalam waktu dua jam.

Di Selatan Jawa, pergerakan lempeng Indo-Australia menuju utara berkecepatan 7.5 cm pertahun. Sementara itu, di Sumatra, pergerakan lempeng Indo-Australia, memiliki kecepatan sekitar 6.1 cm pertahun menuju arah utara. "Tumbukan itu telah mengaktifkan patahan geser mentawai yang ada di sebelah barat Aceh sehingga membentuk patahan baru (cabang baru)," kata yusuf. Akibatnya, dia melanjutkan, patahan baru itu terus bergerak menuju laut Andaman dan laut di sekitar kepulauan Nicobar sepanjang 1.650 km. Sistem patahan ini sama dengan patahan geser yang mengarah ke sebelah kanan yang ada di sepanjang Pulau Sumatra.

Padahal, daerah terjadinya gempa merupakan daerah prisma akresi atau daerah pertumbuhan sedimen akibat kompresi kerak samudra, yakni daerah yang strukturnya dihiasi oleh pegunungan bawah laut yang terjal dan landai. Gunung-gunung itu terbentuk dari kerka samudra yang masuk ke dalam lapisan bumi setelah bertumbukan dengan kerak kontinental. "terjadi gempa mengakibatkan runtuhnya lembah curam yang tidak stabil atau terjadi penurunan tanah," kata Yusuf.

Tsunami pada dasarnya, dapat dipantau atau diprediksi. Caranya dengan memasang alat monitoring di tengah laut untuk melacak panjang gelombang. Atau, meletakan radar di pantai yang mampu mendeteksi pantulan gelombang hingga 400km. Sayangnya, alat itu belum ada di Indonesia.

No comments: