Wednesday, January 6, 2010

Menyepi Sejenak dan Temukan Inspirasi

Resor, alternatif istirahat sejenak dari rutinitas untuk mengusir penat/zabout

MELARIKAN diri dan istirahat sejenak dari rutinitas merupakan salah satu solusi mengusir penat. Hunian eksklusif yang menawarkan ketenangan dan kedamaian bisa menjadi pilihan, salah satunya Losari Spa Retreat & Coffee Plantation.

Menyusuri ’surga’ yang tersembunyi terletak di Desa Losari Magelang, seolah berpetualang lingkungan perkebunan kopi jaman kolonial. Gaya arsitektur kolonial, Jawa, dan kontomporer eksklusif berpadu membangun suasana tenang dan sejuk. Menginjakkan kaki di Losari Coffee Plantation Resort and Spa seperti memasuki gerbang menuju kedamaian. Mata akan disuguhi bangunan tua nan eksotis.

Lobi resor ini adalah sebuah stasiun kereta api tua buatan tahun 1928 yang dinamai Mayong. ”Di Desa Mayong Kabupaten Jepara terdapat bekas bangunan stasiun terbuat dari kayu yang sudah rusak dan terbengkalai. Kemudian, bangunan tersebut dipindahkan ke Losari, direnovasi dan difungsikan menjadi area resepsionis,” kata Sales&Marketing Manager Arman Suparman.

Menjelajah resor seluas 22 hektar, hidung mulai menghirup udara segar suara serangga menemani tubuh untuk meredakan ketegangan. Pasalnya, resor ini terletak di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (dpl). Tamu akan disuguhi handuk basah dengan percikan aroma terapi dan minuman segar membantu semakin rileks.

”Sebagai pancingan agar tamu merasa segar saat pertama kali masuk ke resor setelah terpapar debu,” ujar Sales Executive Atik Setyowati.

Kedua komponen tersebut merupakan permulaan sebelum tamu benar-benar dibawa menikmati suasana hening. Losari adalah resor yang memanfaatkan bangunan dan kawasan warisan masa lalu. Taman-taman luas yang tertata apik, pohon-pohon dengan bunga aneka warna, jalan setapak dari bebatuan, gemericik air mancur, hawa yang begitu sejuk dan bangunan-bangunan kuno bernuansa etnik adalah perpaduan cantik.

Ke manapun pandangan melayang akan terlihat siluet gunung yang menjadi latar belakang. Uniknya, lokasi dikelilingi delapan gunung yaitu Gunung Ungaran, Sindoro, Sumbing, Perahu, Merapi, Andong, Merbabu, dan Telomoyo.

Sedari awal di sekelilingnya memang terhampar berhektar kebun kopi sebagai mata pencaharian petani setempat. Hingga kemudian, keelokan alam Losari dan kebun kopinya menarik minat Gustav Van Der Swan menyewa kawasan itu pada tahun 1922. Pria asal menyepi sejenak menghilangkan kepenatan

Belanda itu dikabarkan sempat melakukan renovasi sejumlah bangunan di tahun 1928.

Gustav memegang kepemilikan Losari hingga 1964, sampai seorang purnawirawan tentara asal Salatiga bernama Tjokropawiro membeli Losari. Hingga kemudian, Gabriella Teggia, seorang pengusaha resor asal Italia datang ke Losari dan menemukan tanah impiannya.

Kini ada 26 unit bangunan, terbagi dalam berbagai fungsi dan semuanya dibangun dalam arsitektur Jawa. Sentuhan gaya Jogja, Kudus, dan Jepara sangat kental, terutama dalam aksen kayunya. Ada 18 vila, club house, restoran, galeri, spa, dan berbagai fasilitas lain.

Salah satu vila favorit tamu adalah Vila Bella Vista. Menurut sejarahnya, bangunan Bella Vista adalah bekas rumah seorang Pangeran Jawa yang kemudian diboyong ke Losari.

”SBY (Susilo Bambang Yudhoyono/Presiden RI) pernah menginap di sini saat mengajak kunjungan kerja ke Magelang,” papar Atik.

Resort Manager Sugeng Sugiantoro menargetkan, okupansi di tahun 2010 mencapai 60 persen. Sebagai destinasi wisata bukan hanya tersedia tempat tidur melainkan membuat tamu betah dan mau kembali. Menurutnya, sejak berdiri tahun 2004 okupansi terus merangkak naik hingga 5 persen dengan didominasi tamu-tamu dari luar negeri yang sedang berlibur.

”Tamu akan dijamu pengalaman seperti proses pembuatan kopi, ketenangan dengan yoga, mengenal kesenian tradisional yang mungkin tidak didapatkan di tempat lain,” ujarnya.

No comments: